Portofolio tidak hanya merupakan tempat
penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik tetapi merupakan sumber informasi
untuk guru dan peserta didik.Portofolio berfungsi untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran kimia serta pertumbuhan kemampuan
peserta didik. Portofolio dapat memberikan bahan
tindak lanjut dari suatu pekerjaaan yang telah dilakukan peserta didik sehingga
guru dan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya.
Portofolio dapat berfungsi
sebagai alat
untuk melihat perkembangan tanggung jawab peserta didik dalam belajar,
perluasan dimensi belajar, pembaharuan kembali proses belajar mengajar dan
pengembangan pandangan peserta didik dalam belajar. Portofolio dapat digunakan sebagai alat pengajaran
juga sebagai alat penilaian. Asesmen portofolio mengharuskan peserta
didik untuk mengkoleksi dan menunjukan hasil kerja mereka. Dalam hal ini
asesmen portofolio dapat dianggap sebagai salah satu alat untuk menilai secara
otentik. Dalam penilaian portofolio peserta didik memiliki kesempatan yang
lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Asesmen portofolio dapat digunakan sebagai alat
formatif dan sumatif. Asesmen portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk
memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta
didik dalam merefleksikan pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini
difokuskan pada proses perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan
formatif dan diagnostik. Asesmen portofolio digunakan juga untuk tujuan
penilaian sumatif pada akhir semester atau pada akhir tahun pelajaran. Hasil asesmen
portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka raport
peserta didik yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran
kimia. Selain itu, tujuan penilaian dengan menggunakan portofolio adalah untuk
memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara
lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.
Portofolio dalam penilaian
dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
1.
Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
2.
Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang
terbaik.
3.
Meningkatkan proses efektivitas pengajaran
4.
Bertukar informasi dengan orang tua/ wali peserta didik dan
guru lain.
5.
Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri secara
positif pada setiap peserta didik.
6.
Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
Adapun tujuan asesmen
portofolio menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut:
1.
Kemajuan siswa dapat terlihat jelas.
2.
Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh
positif dalam belajar.
3.
Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu
memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang
lain.
4.
Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh
pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
5.
Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan
individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi
sama-sama menuju tujuan umum)
6.
Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan
belajar siswa bagi dirinya, orang tua, atau lainnya.
Portofolio sangat bermanfaat baik
bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses. Portofolio dapat
berisikan laporan kegiatan praktikum yang diikuti siswa, tugas-tugas proyek,
tugas-tugas individu atau kelompok dan lain-lain. Fungsi assesmen portofolio
menurut Berenson dan Carter antara lain sebagai berikut:
1.
Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu
tertentu.
2.
Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
4.
Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Erman (2003)
manfaat portofolio akan memupuk kebiasaan siswa dalam bertindak cermat melalui pengumpulan
bukti hasil kerja dan karangannya serta akan tergugah kesadarannya bagaimana
seharusnya belajar yang benar sesuai dengan konsep belajar secara simultan akan
terakomodasi. Fungsi portofolio menurut mata pelajaran tertentu serta
pertumbuhan peserta didik. Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, diantaranya:
1.
Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu.
2.
Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.
Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.
Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
5.
Dari kedua jenis asesmen portofolio
tersebut dalam pelaksanaannya asesmen portofolio terbagi kedal;am beberapa
bentuk instrumen eavaluasi atau tes. Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio
diantaranya sebagai berikut:
1.
Cacatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang
mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati,
waktu pengamatan dan lembar rekaman kejadiannya.
2.
Ceklist atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun
berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
3.
Skala penilaian yang mencatat isyarat tujuan kemajuan
perkembangan siswa.
4.
Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5.
Tes skrinning yang berguna untuk mengidentifikasi
keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar,
PR, LKS, dan laporan kegiatan lapangan.
Fungsi penilaian fortopolio adalah
sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta
didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik
untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM
Penilaian portofolio dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan
Certer (1995:184) berikut ini.
1.
Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
2.
Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.
Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.
Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Gronlund (1998 :
158), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
1.
Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.
2.
Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan
pengaruh positif dalam belajar.
3.
Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan
motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
4.
Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada
seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik
5.
Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan
individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi
sama-sama menuju tujuan umum).
6.
Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan
belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.
Penggunaan portofolio untuk
penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut:
1.
Portofolio menyajikan atau memberikan: “bukti” yang lebih
jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas.
2.
Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai
dengan program pembelajaran yang baik.
3.
Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan
siswa.
4.
Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa.
5.
Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya
dalam mengerjakan soal atau tugas.
6.
Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atau
bervariasinya gaya belajar siswa.
7.
Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif dalam penilaian hasil belajar.
8.
Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
9.
Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
10.
Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk
berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang
bersangkutan.
11.
Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program
pembelajaran yang bersangkutan
Pengertian Penilaian Kinerja (Performance
assessment)
Performance
assessment adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian
dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance
assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan
tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis),
menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang
diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan
bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta
untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh
dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta
peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance
assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau
mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan
suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Karakteristik dan Sifat Penilaian Kinerja (performance
assessment)
Menurut Stiggins
(1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat
digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus
menunggu sampai proses tersebut berakhir.
Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18)
adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2)
tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk
berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang
diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak
menggunakan pertimbangan.
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Isyanti (2004:6) bahwa penilaian
unjuk kerja dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah,
penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Setyono
(2005:3) bahwa penilaian performansi digunakan untuk menilai kemampuan siswa
melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk. Hutabarat
(2004:16) berpendapat bahwa penilaian kinerja lebih tepat untuk menilai
kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam suatu kelompok,
partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam
menggunakan peralatan laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu
alat.
Kriteria Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja
digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam
menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang
menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama
adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria
penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa
dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata.
Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang
diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11)
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penilaian kinerja antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau
keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa
tidaknya diajarkan), feasibility (kepraktisan), Scorability atau
bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor ( Popham, 1995:147).
Langkah-langkah Membuat Performance
Assessment
Adapun langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah
1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir; 2) menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 3) mengusahakan kemampuan yang akan
diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan
kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila
menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan
(Hutabarat, 2004: 17).
Menurut Majid (2006: 88) langkah-langkah membuat performance assessment adalah
1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau
yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2) menuliskan
perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan
menghasilkan output yang terbaik; 3) membuat kriteria-kriteria kemampuan yang
akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut
dapat diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) mengurutkan
kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati; 5) kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.
Validitas dan Reliabilitas dari Performance
Assessment
Validitas adalah segala
sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang diperoleh dari suatu penilaian
yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu keputusan tentang belajar siswa.
Salah satu faktor yang dapat mengurangi validitas dari performance assessment
adalah bias. Bias adalah kesalahan guru dalam menginterpretasikan kinerja siswa
karena dalam satu kelompok siswa dipertimbangkan dalam kriteria yang berbeda
atau dinilai pada karakteristik yang berbeda. Jika instrumen penilaian yang
memberikan informasi tidak relevan dalam mengambil keputusan maka instrument
tersebut tidak valid.
Dalam penilaian performance assessment, seorang guru harus memilih
dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tapa membedakan latar
belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang
dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance assessment adalah
kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian kinerja siswa.
Reliabilitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada kestabilan dan
kekonsistenan penskoran, secara logika untuk mendapatkan informasi tentang
reliabilitas kinerja siswa adalah mengadakan observasi kinerja sesering
mungkin. Jika kriteria kinerja tidak jelas, maka guru harus mengerti dari suatu
kriteria sehingga tidak timbul kasalahan dan subjektivitas. Salah satu cara
untuk mengurangi ketidakkonsistenan pada penskoran adalah menentukan tujuan
performance assessment dan kriteria-kriteria penilaian dengan jelas pula.
Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam
performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu
1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai; 2)mengajar
siswa dengan kinerja yang diinginkan, dan 3) memberitahukan kepada siswa
tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian,
1991:299-301).
Daftar Pustaka
Airasian,Peter.W. 1991.
Classroom Assessment. USA: McGraw-Hill.
Hutabarat, O. R. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK.
Bandung: Bina Media Informasi.
Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.
Mahmudah, S.2000. Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (performance Assessment)
pada Pembelajaran Sub Konsep Jaringan Hewan. Bandung:UPI
Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Popham, W. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Setyono, Budi.2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan
Pendidikan (LP3) Universitas Jember.
Stiggin, R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac
Millan College Publishing Company.
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.