Jumat, 10 Mei 2013

alat peraga dan media pembelajaran



A.    Media Pembelajaran
1.  Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sebuah alat atau sarana yang digunakan guru untuk menyampaikan materi kepada siswa dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam proses pembelajaran media sangat penting, karena dengan media siswa dalam proses pembelajarannya dapat mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya, sehingga materi dapat diterima siswa dengan baik.
2.  Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi atau kondisi pembelajaran yang lebih efektif. Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran melalui media secara optimal, sebab media memiliki nilai atau manfaat diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak.
2.    Menghadirkan obyek –obyek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar.
3.    Menampilkan obyek yang terlalu besar atau kecil.
4.    Memperlihatkan gambar-gambar yang cepat atau lambat.

3.  Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis yaitu
1.   Media audio
2.   Media visual
3.   Media audio visual
§  Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif, (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio terdiri atas program kaset suara, CD audio dan program radio.
§  Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan (mata). Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan.

Ø Media visual yang dapat diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi(proyektor) sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar.
Alat proyeksi yang dapat digunakan adalah opaque, projection, overhead projection dan slide projection.
Ø Media visual yang tidak dapat diproyeksikan terdiri dari gambar fotografik, grafis dan media tigadimensi.
§  Media audio visual adalah media yang terdiri dari audio dan visual. Contoh media audio visual adalah video dan televisi. Setiap media memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi guru dalam memilih media harus disesuaikan dengan peserta didik. 

Hernawan, Asep Herry.2008.MEDIA PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR.Bandung.UPI Press.
B.    Alat Peraga Pembelajaran
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga
memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
2. Jenis-jenis alat peraga.
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:


a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
c. Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
d. Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa.
Adapun tujuan dari alat peraga untuk:
1.      Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas.
2.      Mengembangkan sikap yang dikehendaki.
3.      Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.

PROTA




Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi(satuan pendidikan,mata pelajaran, tahun pelajaran) standart kompetensi , kompetensi dasar , alokasi waktu dan keterangan.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini telah dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran sebelum tahun ajaran karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan program-program selanjutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan
Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan tiap kelas selama satu tahun pelajaran. Program tahunan selanjutnya dijabarkan secara rinci pada program semester. Program tahunan dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya. Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, rang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.



assesmen portofolio dan asessmen kinerja



Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik.Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran kimia serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.   Portofolio dapat memberikan bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaaan yang telah dilakukan peserta didik sehingga guru dan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. 

Portofolio dapat berfungsi sebagai alat untuk melihat perkembangan tanggung jawab peserta didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar, pembaharuan kembali proses belajar mengajar dan pengembangan pandangan peserta didik dalam belajar. Portofolio dapat digunakan sebagai alat pengajaran juga sebagai alat penilaian. Asesmen portofolio mengharuskan  peserta didik untuk mengkoleksi dan menunjukan hasil kerja mereka.  Dalam hal ini asesmen portofolio dapat dianggap sebagai salah satu alat untuk menilai secara otentik. Dalam penilaian portofolio peserta didik memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.

Asesmen portofolio dapat digunakan sebagai alat formatif dan sumatif. Asesmen portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksikan pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagnostik. Asesmen portofolio digunakan juga untuk tujuan penilaian sumatif pada akhir semester atau pada akhir tahun pelajaran. Hasil asesmen portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka raport peserta didik yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran kimia. Selain itu, tujuan penilaian dengan menggunakan portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.

Portofolio dalam penilaian dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
1.      Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
2.      Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
3.      Meningkatkan proses efektivitas pengajaran
4.      Bertukar informasi dengan orang tua/ wali peserta didik dan guru lain.
5.      Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri secara positif pada setiap peserta didik.
6.      Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.

Adapun tujuan asesmen portofolio menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut:
1.      Kemajuan siswa dapat terlihat jelas.
2.      Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3.      Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang lain.
4.      Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
5.      Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum)
6.      Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang  kemajuan belajar siswa bagi dirinya, orang tua, atau lainnya.

Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses. Portofolio dapat berisikan laporan kegiatan praktikum yang diikuti siswa, tugas-tugas proyek, tugas-tugas individu atau kelompok dan lain-lain. Fungsi assesmen portofolio menurut Berenson dan Carter antara lain sebagai berikut:
1.       Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu. 
2.      Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.      Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.      Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.

Sedangkan menurut Erman (2003) manfaat portofolio akan memupuk kebiasaan siswa dalam bertindak cermat melalui pengumpulan bukti hasil kerja dan karangannya serta akan tergugah kesadarannya bagaimana seharusnya belajar yang benar sesuai dengan konsep belajar secara simultan akan terakomodasi. Fungsi portofolio menurut mata pelajaran tertentu serta pertumbuhan peserta didik. Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya:
1.      Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu.
2.      Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.      Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.      Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
5.       
Dari kedua jenis asesmen portofolio tersebut dalam pelaksanaannya asesmen portofolio terbagi kedal;am beberapa bentuk instrumen eavaluasi atau tes. Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut:
1.      Cacatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan dan lembar rekaman kejadiannya.
2.      Ceklist atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
3.      Skala penilaian yang mencatat isyarat tujuan kemajuan perkembangan siswa.
4.      Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5.      Tes skrinning yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, dan laporan kegiatan lapangan.

Fungsi penilaian fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM

Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995:184) berikut ini.
1.      Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
2.      Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.      Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.      Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
1.      Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.
2.      Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3.      Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
4.      Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik
5.      Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum).
6.      Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut:
1.      Portofolio menyajikan atau memberikan: “bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas.
2.      Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik.
3.      Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa.
4.      Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa.
5.      Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6.      Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atau bervariasinya gaya belajar siswa.
7.      Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar.
8.      Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
9.      Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
10.  Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11.  Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan

Pengertian Penilaian Kinerja (Performance assessment)
Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).

Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Karakteristik dan Sifat Penilaian Kinerja (performance assessment)
Menurut Stiggins (1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses tersebut berakhir.

Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18) adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan.

Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Isyanti (2004:6) bahwa penilaian unjuk kerja dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Setyono (2005:3) bahwa penilaian performansi digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk. Hutabarat (2004:16) berpendapat bahwa penilaian kinerja lebih tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.
Kriteria Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam  menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11)

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain: generalizability atau keumuman, authenticity atau keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa tidaknya diajarkan), feasibility (kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor ( Popham, 1995:147).
Langkah-langkah Membuat Performance Assessment
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2) menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17).

Menurut Majid (2006: 88) langkah-langkah membuat performance assessment adalah 1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2) menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik; 3) membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) mengurutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; 5) kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.
Validitas dan Reliabilitas dari Performance Assessment
Validitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang diperoleh dari suatu penilaian yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu keputusan tentang belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat mengurangi validitas dari performance assessment adalah bias. Bias adalah kesalahan guru dalam menginterpretasikan kinerja siswa karena dalam satu kelompok siswa dipertimbangkan dalam kriteria yang berbeda atau dinilai pada karakteristik yang berbeda. Jika instrumen penilaian yang memberikan informasi tidak relevan dalam mengambil keputusan maka instrument tersebut tidak valid.

Dalam penilaian performance assessment, seorang guru harus memilih dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tapa membedakan latar belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance assessment adalah kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian kinerja siswa.

Reliabilitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada kestabilan dan kekonsistenan penskoran, secara logika untuk mendapatkan informasi tentang reliabilitas kinerja siswa adalah mengadakan observasi kinerja sesering mungkin. Jika kriteria kinerja tidak jelas, maka guru harus mengerti dari suatu kriteria sehingga tidak timbul kasalahan dan subjektivitas. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakkonsistenan pada penskoran adalah menentukan tujuan performance assessment dan kriteria-kriteria penilaian dengan jelas pula.

Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu  1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai; 2)mengajar siswa dengan kinerja yang diinginkan, dan 3) memberitahukan kepada siswa tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-301).
Daftar Pustaka
Airasian,Peter.W. 1991. Classroom Assessment. USA: McGraw-Hill.
Hutabarat, O. R. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media Informasi.
Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.
Mahmudah, S.2000. Penerapan Penilaian Kinerja Siswa (performance Assessment) pada Pembelajaran Sub Konsep Jaringan Hewan. Bandung:UPI
Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Popham, W. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Setyono, Budi.2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember.
Stiggin, R.J.1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company.
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.